Senin, 03 Januari 2011

Alas & Sol


Mereka ..
Sinergis yang berpadu ..
Satu memegang lihai setir kemudi ..
Satunya meracik bumbu dengan cekatan ..
Mereka kombinasi yang  sempurna - roda dan gerigi ..
                Tak pernah satupun perabot menghilang dari peradabannya ..
                Sebaliknya, perabot kembali dari kusam menjadi mengkilap ..
                Karena tangan – tangan lihai mereka ..
                Bisa menyapu bubuh partikel dengan hanya sentuhan di setiap lekuk ..
Mereka memendam ingin tahu di geligat bola matanya yang mengacung ..
Mengundang rasa penasaran bagi siapapun yang meliriknya ..
Seperti menemukan oase – haus penasaran karenanya ..
Tampak seperti merenggut permata dan mereka selipkan di masing kantong ..
“Rahasia” adalah sebuah kata sindiran digantung di leher mereka ..
                Benar dugaku ..
                Aku telah menemukan oase tersembunyi itu dari mereka ..
                Sebuah oase yang kelam. gelap, tak lagi sakral saat ku mengelus airnya ..
                Oase itu adalah cinta terlarang ..
                Bukan lagi benih, namun sudah merambat menjadi padi ..
                Hampir hilang ditelan oleh tingginya ..
Gigil malam ..
Ku pun tersadar, mereka sudah tidak ada lagi disini ..
Membawa cinta yang terlarang ..
Entah kemana, mungkin mereka menanamnya di ladang lain ..
Menapaki jalanan tajam berkerikil dosa nan penyesalan ..
                Tanpa sol ..
                Tanpa alas ..
                Hanya bertelanjang kaki ..

Sabtu, 01 Januari 2011

Teman Biru


Senja yang buram, aku termenung sambil sibuk menekan tuts keyboard dan sesekali melirik ke telfon genggamku. Menunggu sebuah pesan singkat dari seorang teman. Aku tidak tahu harus memberi sebutan yang tepat untuknya, “rekan”? “kerabat”? atau “orang asing”? Yang jelas bukan ketiganya, maka untuk lebih mudahnya aku mengatakannya teman. Ia ada hanya pada saat aku dibutuhkan, semu saat aku membutuhkan ia. Secara teori, sebagai seorang teman kami baiknya saling mengisi kekurangan satu sama lain. Tapi yang ini berbeda, hanya aku yang bisa mengisi jam pasirnya. Entah aku bisa disebut “dungu”, “tolol”, “bodoh”, atau “lugu”, tapi aku sendiri sebenarnya sering mengabaikan sebuah petuah dari temanku yang lain.